Angkot Ilmu
Banyak orang yang malu naik angkot jika merasa sudah kaya, atau tinggal di perumahan elite, atau 'pernah' kaya.
Alhamdulillah, aku dari dulu orang yang flexible dan tak pernah pusing dengan penilaian orang.
Aku lebih memilih naik angkot daripada nebeng orang, siapapun dia. Risih rasanya merepotkan orang lain.
Ragilku dari kecil ku ajarkan untuk tak punya kebiasaan 'nebeng' siapapun.
Beberapa hari lalu, aku naik angkot menuju tengah kota. Ada yang berbeda kali ini. Di belakang tempat duduk penumpang di sediakan beberapa buku. Ku hitung ada sekitar 12 buku.

Rasanya 'gatal' bila tidak ngulik sesuatu yang berbeda. Kudekati sang sopir.
"Itu buku siapa, Pak?"
"Koleksi, Bu. Diberi orang"
"Bapak suka baca ya?"
"Iya, Bu. Awalnya cuma koran. Sejak berita makin ga jelas, saya iseng beli buku bekas di 'Wilis'. Kok lama-lama jadi keenakan"
"Trus makin banyak dong bukunya?"
"Alhamdulillah, ada penumpang 'tetap' yang memperhatikan. Saya mulai diberi buku oleh mereka"
"Bapak baca semua hadiah itu?"
"Iya, bu. Walau ada beberapa kata yang saya tidak mengerti. Maklum, bu saya cuma lulus Sekolah Dasar"
Aku makin asik bicara dengannya.
"Berapa putranya, Pak?"
"Dua, Bu"
"Suka baca juga?"
"Yang kecil suka bertanya banyak. Saya kadang malu tak bisa jawab. Tapi sejak sering baca saya jadi punya bahan cerita dengannya"
"Alhamdulillah, Pak." Aku diam memperhatikan beberapa buku yang ada di sana.
"Saya sengaja letakkan di sana, Bu biar dibaca oleh penumpang saya."
"Ga takut diambil, Pak?"
"Sampai saat ini malah bertambah, Bu. Ada saja penumpang yang ngasih. Penumpang yang rutin naik angkot saya di jam yang sama."
"Syukurlah. Apa banyak yang baca selama di angkot"
"Sepertinya tidak banyak, Bu"
Seperti yang sudah kuduga jawabannya.
Bukankah negara kita minat bacanya sangat rendah. Jangankan membaca buku, membaca pemberitahuan yang sedikit panjang saja tak pernah tuntas hingga mengulang pertanyaan yang tak perlu.
Seorang sopir angkot istimewa, karena punya minat baca yang cukup bagus. Dia dengan segala keterbatasannya juga ingin menularkan minat baca itu pada para penumpangnya.
Aku mencatat nama, juga meminta alamatnya. Ada banyak buku yang ingin kubagi dengannya. Insyaa Allah.
Note: Jl. Wilis terkenal sebagai tempat penjualan buku bekas di Malang
52-2017
Comments
Post a Comment