Manusia Palsu




Mata kita sangat suka dimanjakan oleh kepalsuan. Disadari atau tidak.
Melihat segala yang indah, banyak yang percaya itu memang indah.


Lihat di sekitar kita, melihat pasangan yang puluhan tahun menikah, langsung dilabeli pasangan yang harmonis, pasangan yang sakinah, mawaddah dan warrachmah.


Mereka yang suka memuja-muji sebenarnya melakukan pembantaian pada yang dipujinya.
Pujian itu penyembelihan. Tak semua orang kuat ataupun mengenali arti pujian.
Orang-orang yang terbiasa dipuji, pada akhirnya terikat dengan pujian itu sendiri.

Karena terlanjur dinilai pasangan harmonis, setiap berhadapan dengan orang lain, mereka berakting demikian. Walau.. katakanlah sebelum keluar mereka saling marah.
Menebar kemesraan palsu, senyum palsu bahkan nasehat palsu tentang bagaimana menciptakan keharmonisan.


Sementara pasangan yang tertutup diprasangkai beragam kesimpulan.


Lihatlah baik-baik di sekitar anda. Berapa banyak manusia palsu berlalu lalang?
Ada yang berkedok karir sempurna hingga harus berpenampilan sempurna.
Dan sebagainya.

Ada sebuah keluarga yang sepanjang hidupnya sibuk menjadi keluarga sempurna.
Rumah mewah, anak-anak yang patuh dan berprestasi, karir cemerlang dan karena banyaknya pujian, sering dijadikan ketua panitia ini dan itu yang notabene hanya untuk jadi sponsor.

Ya, karena sering dipuji pemurah, memberi sumbangan apapun tak pernah sedikit.
Pujian makin melangit dan sangat dinikmati, hingga lupa berpijak pada bumi.

Pengeluaran makin menjadi, sementara tanpa diduga, sang istri sakit keras.
Mereka sibuk menutupinya. Sakit yang membuatnya kehilangan kecantikan yang dibanggakan.
Karena mulai jarang tampil, mereka katakan sedang ke luar kota. Biaya besar berobat mulai menggerus segala tabungan. Namun gaya hidup harus terus dipertahankan.

Hingga satu persatu barangpun terjual. Gaya hidup orang berada, membuat si sakit tak mau dirawat di rumah sakit biasa, apalagi kelas biasa. Harus tetap di VIP.
Makin habis segala materi yang telah terkumpul puluhan tahun. Hingga di akhirnya harus menggadaikan rumah kepada rentenir!

Sang istripun meninggal. Bukan hanya meninggalkan duka, namun juga masalah.
Rumahpun akhirnya lepas. Tak tersisa apapun, bahkan untuk membayar kontrakan rumah tak ada kemampuan.

Pasangan harmonis, pemurah dan sempurna berakhir dengan hidup bergelimang hutang.


Kemanakah para pemuja dan yang suka memuji mereka? Yang rutin menerima sumbangan?
Semua menghilang begitu saja.
Pura-pura tak tahu apa-apa. Mencari korban baru untuk di puja-puji lagi.


Sahabat semua...
Berhati-hatilah menjalani hidup ini. Jadikan kejujuran sebagai bagian dari keseharian anda
Tak perlu malu untuk jujur, karena jujur tak akan membawa kemanapun selain ke kebaikan di ujungnya.

Sungguh, jadi manusia palsu itu melelahkan. Harus terus berlaku seperti yang ditujukan orang lain.

Hidup selalu penuh kejutan.
Siapa yang mampu menghalau datangnya sakit? Bencana atau petaka?

Be honest to yourself. 
Bangunan kepalsuan tak pernah berdiri abadi.





90817

Comments

Popular Posts