Nyinyir Anda Tabungan Dosa Jariyah, Mau?


Nur Rina Chairani

Editor: Erdittya Ekanovie Nindhitasari
29 Oktober 2017

Bernas.id - Rasanya siapa pun di dunia ini, tak ada yang mau disebut sebagai orang nyinyir. Walau orang yang memang nyinyir sekalipun. Banyak yang tak merasa bahwa dirinya sudah terjangkit ’penyakit’ yang satu ini. Tak peduli lelaki ataupun perempuan. Oops, masa sih lelaki juga?

Oh ya, di zaman now, apa sih yang enggak ada. Ada lelaki metroseksual, lelaki cantik, juga ada lelaki nyinyir. Lihat saja di media sosial, berapa banyak lelaki yang setiap hari statusnya di linimasa enggak penting banget selain menebar ke-nyinyir-annya sendiri.

Ingin tahu ciri orang yang bisa dikatakan nyinyir? Ini dia ulasannya:

Suka mengomentari apa pun, baik dalam pembicaraan antar teman, status di media sosial, berita apapun tanpa peduli lagi tentang benar atau salahnya informasi yang dia dapat atau baca.
Suka ingin tahu dan melihat apa pun yang dia dengar atau pun jadi trending topic, walau harus membuka video porno sekalipun, yang penting dia tahu. Tanpa punya filter apakah itu baik atau tidak.
Karena ingin tahu segala macam agar terkesan up to date, dia tak lagi bisa bedakan itu hoax atau tidak. Dia hanya pembaca dadakan tanpa mau tahu asal-usul setiap kejadian, tapi komentarnya seolah tahu segalanya.
Kebiasaan nyinyir yang dibiasakan, tanpa disadari sang pelaku, nyinyiers alias lambe turah, kata anak sekarang, menunjukkan siapa dirinya dirinya juga tingkat kecerdasannya. Orang akan merasa tidak aman bersamanya, kecuali sesama lambe turah. Orang juga akan tidak memercayainya memegang rahasia apa pun.

“Sifat seseorang tersembunyi di balik lidahnya”

- Ali Bin Abi Thalib ra
Bukan hanya itu, sifat nyinyir sebenarnya bisa berdampak sangat jauh. Mereka, orang-orang yang nyinyir ini tak memercayai bahwa "setiap kata yang terucap itu bisa jadi doa ataupun kembali pada diri yang mengucapkannya", dia bisa alami keadaan yang dia nyinyir-kan suatu hari nanti.

Orang tua yang nyinyir, biasanya akan menurunkan sifat ini pada anak-anaknya karena dianggap ‘biasa’ dilakukan. Yang terburuk, orang tua nyinyir juga bisa jadi penyebab anak gadisnya tak dilirik orang. Rasanya ngeri punya calon istri yang menurunkan sifat nyinyir dari orang tuanya, tak bisa menyimpan perkataan apapun karena suka bicara dan mengomentari semuanya.

Orang nyinyir-pun kerap dianggap sebagai orang yang kesepian dan haus perhatian. Dia sengaja bicara dan bicara agar terus mendapat perhatian. Tak peduli lagi baik buruknya.

Orang nyinyir-pun menandakan bahwa dia tak pernah tumbuh dewasa, setinggi apa pun usianya. Bukankah salah satu tanda kedewasaan seseorang itu tahu apa yang perlu dikomentari atau tidak?

Orang nyinyir-pun kerap mendapat kesulitan akibat ke-nyinyir-annya sendiri. Dituntut orang, dimusuhi orang, dijauhi dan diasingkan orang lain.

Ada baiknya kita mengingat beberapa nasihat bijak ini..

“Tak ada yang patut dipenjarakan lebih lama selain lidahmu”

“Mulutmu harimaumu”

“Kata-katamu adalah kualitas dirimu”

“Orang yang diam, hampir tak punya penyesalan dalam hidupnya”

“Orang dewasa tahu, bahwa tak semua harus dikomentari”

“Banyak bicara, kau akan kehilangan wibawamu”

“Bicaralah yang baik atau diam”

“Diam itu kekuatan”

“Banyak bicara, banyak salahnya”

Jadi, berhati-hatilah dalam menggunakan mulut Anda. Pandai-pandailah menyaring setiap berita apapun sebelum menanggapi apalagi menyebarkannya. Bila ada amal jariyah, ada pula dosa jariyah. Apa mau Anda menabung dosa jariyah dengan ke-nyinyir-an Anda?

Comments

Popular Posts