Renungkan! Sebuah Catatan dari Seorang Sahabat

Nur Rina Chairani - Deni Rizki Wibawa

01 November 2017
Bernas.id - Manusia adalah makhluk sosial. Kebutuhan untuk bergaul dengan manusia lain pasti akan selalu ada. Bukan lagi soal berapa banyak kawan yang dia butuhkan. Manusia punya kecenderungan berkelompok. Entah pada kesamaan hobi, atau kesamaan pemikiran. Mereka yang merasa klik biasanya akan bertahan sebagai sahabat. Namun bagaimana memaknai sahabat, setiap orang punya versi yang berbeda.
Sudah biasa terlihat saat orang berada di atas dalam gelimangan harta ataupun kemahsyuran, ibarat gula, semut-semut alias orang dari manapun datang mengerubuti. Manusia punya kecenderungan menyukai kedekatan dengan manusia lain yang punya ’pengaruh’ sebagai modal bahwa dia bagian dari itu. Jadi tak perlu heran bila orang kaya, orang tenar punya banyak teman tanpa usaha apapun.
Sayangnya, tak banyak yang punya kesadaran dan punya kemampuan untuk menyaring mana orang yang berpamrih, mana yang tulus. Kecenderungan untuk meninggalkan teman yang lama saat kejayaan menghampiri sudah banyak terjadi. Tak banyak orang yang bisa mengetahui sahabat yang baik, atau sahabat yang hanya pura-pura baik. Banyak petunjuk, namun petunjuk tak selalu menyenangkan untuk diikuti karena terkadang arah petunjuk kebenaran itu penuh liku dan perjuangan. Carilah sahabat yang jujur. Itulah makna kesejatian sebuah hubungan.
Seorang sahabat sejati saat dibutuhkan, dia berani tampil dan berada disampingmu walau katakanlah saat itu kau sedang dalam keadaan yang paling buruk. Saat tak bersamamu, dia menjaga segala hal tentangmu, tak berkata apapun selain kebaikan. Dan saat kau sudah tak bersamanya sekalipun, dia akan menjaga kenangan terbaik yang pernah ada.
Seperti nasihat dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib RA bahwa seorang teman tidak bisa dianggap teman sampai ia diuji dalam tiga kesempatan: saat membutuhkan, di belakang Anda, dan setelah kematian Anda.
Sahabat yang jujur berani mengatakan apapun tentang dirimu apa adanya. Dia tak selalu menyenangkanmu 24 jam karena dia akan memberi pendapat atau jawaban apapun tanpa ragu dan takut, walau ia tahu ada kemungkinan dia akan kau benci.
“Perkataan sahabat yang jujur lebih besar harganya daripada harta benda yang diwarisi dari nenek moyang”

Sahabat yang jujur tak selalu mendukung setiap perkataan atau perbuatanmu jika ia rasa itu salah. Dia akan punya pendapat sendiri. Ia bukan penjilat, dia punya harga diri yang harus kau hargai juga. Sahabat yang jujur akan menegurmu bila salah karena rasa sayangnya, bukan karena kebencian ataupun iri hati padamu. Tak jarang seorang sahabat jauh lebih memahami kita daripada saudara sendiri, karena dia bisa melihat dari sisi yang tak bisa dijangkau saudara.
“Sahabat sejati adalah belahan ruh Saudara adalah belahan badan.”
Sahabat yang jujur, tak mudah didapatkan di zaman yang sudah dipenuhi beragam kepentingan ini. Namun bukan berarti kau tak mampu memilikinya. Cari dengan niat baik, akan kau temukan. Namun kau juga harus berani meluaskan dadamu untuk teguran sebagai wujud kasih sayangnya. Kebenaran itu berasa sangat pahit hanya bagi orang yang sombong. Rendahkan hatimu, atau paling tidak sejajarkan dengan sahabatmu untuk melanggengkan hubungan baik kalian.
Ingatlah selalu, jika kau sudah punya sahabat yang selalu berani berkata jujur, maka percayai, cintai dan hormati dia.
“Orang-orang yang suka berkata jujur mendapatkan tiga hal: kepercayaan, cinta, dan rasa hormat.”






Comments

Popular Posts