Lebih Baik Mengenal atau Dikenal, Apa Pilihan Anda?

Nur Rina Chairani - Ciptono Wahyu Prasetyadi 
10 Januari 2018



Bernas.id - Jika kita perhatikan, banyak sekali orang yang memajang fotonya dengan para pesohor. Merasa telah banyak mengenal orang dengan beragam tujuannya. Mereka bangga untuk itu. Bila nanti ada yang bercerita tentang kegembiraannya bertemu tokoh A, dengan arogan dia akan berkata bahwa dia sudah lama mengenal yang bersangkutan. Padahal cuma bertemu sekali untuk berfoto.
Tentu kita masih ingat bagaimana yang terdedah di sebuah acara televisi beberapa waktu yang lalu juga pernah mengaku bahwa dia banyak mengenal tokoh-tokoh nasional yang ada dalam sebuah organisasi terkenal. Padahal tokoh-tokoh tersebut tak pernah merasa mengenalnya. Hanya tahu bahwa orang tersebut hanya minta foto bersama mereka. Tentu saja, sebagai public figure mereka akan melayani permintaan foto dari siapa saja.
Diakui atau tidak, banyak sekali manusia ingin terkenal. Tentu dengan beragam tujuan, dan mereka akan melakukan beragam cara juga untuk mencapai itu. Dari yang mengikuti lomba pencarian bakat, hingga ada yang dengan sengaja setiap hari mengucap hal-hal yang dipenuhi kontroversial agar jadi masyhur. Apa salah menjadi terkenal? Tentu saja tidak. Pada setiap sisi kehidupan selalu ada positif dan negatifnya.
Jika kemasyhurannya digunakan untuk jadi jalan kebaikan banyak orang, maka itu akan sangat baik. Namun bila kemasyhuran hanya untuk mengeruk keuntungan bagi dirinya sendiri dan menebar pengaruh buruk, ya untuk apa. Kenyataannya memang ada orang seperti itu.
Seorang guru, “Tidak penting seberapa banyak kamu mengenal orang, yang lebih penting adalah seberapa banyak kamu dikenal orang.”
Nasihat ini diberikan saat ada seseorang yang begitu bangga memamerkan fotonya bersama orang-orang terkenal dengan membusungkan dada.
Kalimat yang sederhana namun bermakna dalam. Karena dalam keseharian, begitu banyak orang membanggakan jumlah kenalannya. Dari orang kampung hingga generasi zaman now, yang selalu histeris bertemu idolanya dan mau berjibaku mengeluarkan tabungannya, berdesakan dan sebagainya hanya untuk mendapatkan foto dari orang yang diidolakan. Padahal setelah itu apa yang dia dapatkan? Bahkan idolanya tak mungkin bisa mengingat namanya di antara jutaan penggemar pernah berfoto bersamanya.
Untuk dikenal orang, hendaknya dicapai dengan cara yang baik. Walau ada yang melalui cara ‘kecelakaan’ alias tidak sengaja. Biasanya yang kecelakaan ini punya cerita yang bisa jadi baik, bisa juga tidak. Sebagai contoh terciduknya seorang perempuan cantik zaman dulu karena kasus narkoba, hingga dijuluki sebagai ratu ekstasi. Begitu terkenalnya dia hingga saat bebas dari penjara tawaran main film dan sebagainya menghampirinya, bahkan akhirnya dia dinikahi pengacaranya sendiri.
Banyak penulis yang punya tujuan untuk dikenal juga. Mengutip kata bang Tere Liye, jika itu tujuannya menulis maka itu perlu dipikir ulang. Terkenal karena karya itu adalah bonus, bukan tujuan. Saya sependapat dengan beliau.
Sebaliknya, banyak juga orang yang memilih menjadi manusia di belakang layar. Baginya menjadi diri sendiri adalah yang utama. Tak perlu memasang topeng ke manapun karena banyak dikenal orang. Ya, banyak orang terkenal sering sibuk saat hendak keluar rumah karena dia hidup dalam sorotan.
Apapun pilihan Anda, yang terpenting tetaplah hidup dalam kejujuran baik dalam kata, terlebih juga dalam perbuatan. 

Comments

Popular Posts