Jangan Pernah Tertipu Dengan Pujian! Ini Alasannya!
Nur Rina Chairani - Ciptono Wahyu Prasetyadi
04 Desember 2017
04 Desember 2017
Bernas.id - Dipuji, siapa yang tak suka. Hampir semua orang menyukainya. Terlebih lagi bila pujian datang dari orangtua atau atasan kita di kantor. Sebagai sebuah penghargaan atas segala kerja keras yang sudah kita lakukan. Namun, bila kita tak punya prestasi apapun lalu mendapat pujian, berhati-hatilah! Terlebih jika pujian dari orang-orang yang memang terkenal suka memuji.
Biasanya orang-orang kaya, terkenal, terpandang dan punya kedudukan, banyak sekali dikerubuti oleh orang dengan beragam alasan dan kepentingan. Mereka yang memang suka menempel orang-orang tersebut biasanya memakai senjata puja-puji. Terlebih bila orang kaya tersebut memang suka dan gila pujian.
Berhati-hatilah pada pujian, karena tak semua datang dari sebuah ketulusan. Orang yang gemar memuji biasanya adalah orang yang pertama kali menghilang saat yang dipuji sudah tak punya apa-apa lagi. Bahkan orang tuapun tak dianjurkan untuk banyak memuji anak-anaknya.
Ibnu ‘Ajibah mengatakan, “Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu.” Ada ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.” (Lihat Iqozhul Himam Syarh Matn Al-Hikam, Ibnu ‘Ajibah, hal.159, Mawqi’ Al-Qaroq, Asy-Syamilah)
“Pujian itu adalah penyembelihan.” (Shahih secara sanad)
Muhammad (guru Imam Bukhari) berkata, “(Hal itu berlaku) apabila ia senang akan pujian yang diberikan kepadanya.”
Banyak sekali orang yang betul-betul tersembelih dengan pujian yang selalu dia terima, terutama orang kaya dan punya kedudukan. Ketika puja-puji datang karena harta dan tempelan yang dia punya, mereka jadi bangga dengan tempelan sementara itu. Bangga yang tercampur dengan tekanan untuk terus berada di posisi yang sama. Hingga saat harus turun dari jabatan dan penghasilan mulai berkurang, demi pujian yang telah jadi kesehariannya, ia akan lakukan apa saja untuk pertahankan semua itu, bahkan dengan cara yang tak terpuji seperti korupsi dan sebagainya.
Begitupun dengan anak yang selalu dipuji orang tuanya, dia akan bertumbuh sebagai pribadi yang antikritik karena menganggap dirinya sudah sempurna akibat pujian tersebut.
Sebagai orang tua harus cermat dengan apa yang dia pujikan pada anak-anaknya. Karena salah satu cara terkuat menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak adalah dengan memilih apa yang kita puji. Karena pujian dapat berarti tekanan atau ujian.
Pujian memang bisa memberi perasaan nyaman, bangga, suka cita, bahagia dan segala hal positif. Agar rasa positif timbul, pujilah dengan cara yang baik, yaitu dengan cara spesifik. Pujilah dirinya namun kritiklah perlakuannya agar bisa membedakan sisi kurang dan lebihnya setiap diri.
Namun jauh lebih baik bila kita sedang melakukan suatu amalan maka hendaklah kita tidak bercita-cita ingin mendapatkan pujian makhluk. Cukuplah Allah saja yang memuji amalan kebajikan kita. Seharusnya yang dicari adalah ridho Allah, bukan komentar dan pujian manusia.
Semoga sedikit tulisan ini bermanfaat untuk menghindarkan kita dari bahaya pujian.
Comments
Post a Comment