Dua Abdullah Di Masjid Ramadhan
"Ternyata muslim Indonesia itu tak seperti yang kami bayangkan. Apalagi sebagai negara dengan muslim terbesar. Disini orang berhijab dan yang tidak,
bisa bebas masuk Masjid ya. Di tempat kami yang masuk masjid semua berhijab"
Inilah salah satu pembicaraan dari dua mahasiswa Thailand yang cukup menggelitikku.
Salat Jum'at baru saja usai. Kami sudah membuat janji bertemu dari kemarin.
Akupun bergegas ke Masjid menemui mereka.
Serasa bertemu anak sendiri, dua pemuda Thailand ini begitu hangat menyambutku. Mereka Abdullah Kasor, berusia 26 tahun dan Wan Abdullah Paduka, berusia 28 tahun.
Keduanya berasal dari Thailand Selatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Di sana 80% penduduknya beragama Islam.
Mereka terlahir dari keluarga Muslim. Bahkan Wan Abdullah lahir di Saudi Arabia. Tinggal dan kuliah di Malang sudah cukup lama.
Abdullah sudah 3 tahun, Wan Abdullah sudah 4 tahun.
Mereka mendapat beasiswa dari Kementrian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.
Kuliah S2 di Universitas Negeri Malang.
Abdullah mengambil jurusan bisnis, Wan Abdullah mengambil jurusan Bahasa Indonesia.
Wan Abdullah ingin jadi pengajar Bahasa Indonesia di Thailand seusai kuliah nanti.
Bahasa Indonesia mereka berdua sudah cukup bagus. Alhamdulillah. Paling tidak Oma kepo tidak perlu melintir lidahnya ngobrol berbahasa Inggris.
Seperti kita tahu Thailand mayoritas beragama Budha. Islam hanya ada sejumlah 5-10% dari keseluruhan jumlah penduduknya. Ya, Islam jadi agama mayoritas kedua setelah Budha.
Mayoritas Muslim di Thailand berdomisili di bagian selatan Thailand. Seperti di Pha Nga, Songkhla, Yala, Satun, Narathiwat juga Pattani yang di'paksa' masuk wilayah Thailand.
Pattani ini separuh masuk jadi wilayah Thailand, separuh lagi jadi wilayah Malaysia.
Pattani ini spesial, karena jadi lambang perjuangan umat Islam.
Menurut sejarah, Islam masuk ke Thailand pada abad 19.
Di Thailand, yang sekarang berpenduduk kurang lebih 70 juta, tepatnya di Bangkok ada sebuah masjid yang dibangun oleh Komunitas Muslim warga Indonesia yang bekerja dan tinggal di sana bernama Masjid Jawa.
Thailand terdiri dari 77 provinsi. Setiap provinsi paling sedikit berpenduduk 360 jiwa.
Thailand sedang gencar melakukan banyak pembenahan. Dari pendidikan hingga kesejahteraan penduduknya.
Begitupun dengan bidang keagamaan. Tak ada satu agama yang diakui sebagai agama resmi negara, hingga toleransipun jadi bagian mereka. Walau belum sebaik di Indonesia, katanya.
Ada kementrian negara berkembang yang membuka peluang mereka belajar ke negara ASEAN dan juga mempelajari bahasa-bahasanya.
Abdullah, anak no.4 dari 8 bersaudara awalnya mendapat beasiswa dari 3 negara, yaitu China, Turki dan Indonesia. Meminta ibunya untuk memilih. Ibunya kuatir pada China, entah kenapa. Turki dianggap terlalu jauh, jadi dipilihlah Indonesia. Dekat dan bisa mudik setahun sekali melepas rindu.
Sementara Wan Abdullah, sisulung dari 3 bersaudara ini memang 'cinta' Indonesia. Dia sudah bulat tekadnya untuk jadi dosen Bahasa Indonesia di negaranya.
Thailand sedang giat memberi pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah sebagai pelajaran tambahan. Mengingat Indonesia adalah negara terbesar di Asean dengan penduduk terbanyak. Tentu saja bahasa Indonesia jadi bahasa yang banyak digunakan, termasuk nanti akan jadi salah satu bahasa resmi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean).
Kehidupan muslim di Thailand cukup kondusif karena penganut Budhanya tidak sekeras di Myanmar.
Ada Majelis Agama Islam yang berfungsi seperti KUA disini. Masjidpun tersebar rata di seluruh Thailand.
Untuk melaksanakan ibadah haji masa tunggunya maksimal hanya dua tahun*jangan bandingkan dengan negara kita ya..ehm!*
Biaya umroh disana sekitar USD 2000, sementara ONH nya sekitar USD 4000-6000.
Abdullah bercita-cita jadi pengusaha handal seperti Rasulullah katanya, dan ingin melanjutkan S3 di bidang ekonomi syariah. Saat kusinggung ahli ekonomi syariah Indonesia, Pak Antonio Syafii, ternyata dia sudah mengenalnya.
Ada tiga pilihan negara yang akan ditujunya yaitu Amerika, Turki dan Riyadh, KSA. Dia belum memutuskan karena berniat akan menikah dulu sebelum lanjut S3 biar tenang hatinya.
*Para jomblo dengar nih nasehat Abdullah! Ayo nikah sono!
Sementara Wan Abdullah yang lebih pendiam, tetap ingin melanjutkan S3 di Indonesia.
*Eh, dia juga masih jomblo! Oma kepo punya nomor hapenya lo!
Menyenangkan berbicara dengan mereka. Dua anak muda yang cerdas, ramah dan santun. Bagaimana Abdullah yang sudah berkeliling Sumatera begitu menggemari masakan Padang yang katanya ada kemiripan dengan makanan Thailand selatan, bersantan.
Sementara Wan Abdullah yang pernah ke Bali bercerita bagaimana kuatirnya dengan makanan halal atau tidak disana.
Merekapun sudah mempelajari sejarah wali songo dan pernah mengunjungi Sunan Ampel di Surabaya juga pondok modern Gontor.
"Di Thailand hanya ada Islam. Tak ada NU, tak ada Muhammadiyah juga tak ada Islam Liberal seperti di sini"
Abdullah yang dinamis dan bahasa Indonesianya lebih jago kembali berkata.
Dengan lancar Abdullah menceritakan sejarah Islam di negaranya, tentang besarnya pengaruh kerajaan Madjapahit dan sejarah Masjid.
Rasanya tak akan habisnya bicara dengan dia.
Pun tentang bagaimana info update negaranya. Yang kini menganjurkan warganya untuk banyak punya anak. Menikah akan mendapat uang tunjangan, melahirkan pun dibebaskan biaya persalinannya.
Namun jangan pernah mencoba untuk mengkritik Raja. Karena hukumannya akan sangat berat. Thailand adalah satu-satunya negara Asean yang tak pernah di jajah. Itu karena Rajanya yang hebat.
Yang berani mengkritik Raja, akan masuk penjara sampai 7 turunannya !
Bisa dibayangkan ga?.
Dan di akhir pertemuan, mereka berharap oma kepo bisa berkunjung kerumah mereka di Thailand nantinya.
"Anak ibu sekarang tambah dua. Kami ini, jadi ibu harus mengunjungi kami nanti di sana"
"InsyaaAllah,"jawabku penuh rasa haru.
Alhamdulillah.
#76 - 2017
Thailand Selatan adalah salah satu sudut dunia Islam yang mencoba mengembalikan kejayaan Islam di masa lalu.
Comments
Post a Comment