Ketika Kesalahan Terjadi
Biasanya bila diundang ke Ponorogo, kami semua menginap di hotel 'terbaik' di sana yaitu A**.
Karena itulah, aku yang mendapat undangan menganggap pasti ke hotel itu lagi saat lebaran lalu. Hingga dengan percaya diri aku memesan travel dari Malang-ke Ponorogo.
Untuk pertama kalinya aku naik travel kesana. Karena bepergian sendiri, itu alasannya. Biar langsung ke alamat tujuan.
Ternyata cukup panjang waktu perjalanannya, dan sangat melelahkan mengingat masih suasana lebaran. Macet dimana-mana, plus sopirnya sangat kasar dan ugal-ugalan.
Berangkat pagi, sampai di Ponorogo sore hari. Berharap segera bisa beristirahat ketika tiba di hotel.
Satu box oleh-oleh, satu tas pakaian plus tas punggung menemani perjalananku kali ini.
Tibalah aku di hotel dan reservasi penuh percaya diri.
"Tidak ada reservasi atas nama itu, Bu"
Jreng...jreng...!
Aku minta resepsionist memeriksa ulang. Sampai 3 kali! Tetap tak ada hasilnya.
Cukup lemas aku mendengarnya.
Setelah duduk, aku buka hape dan memeriksa WA dari ponakanku.
Dan baru kusadari bahwa aku tak teliti membacanya... hotel yang dimaksud ternyata di kota Madiun!
Aku menangis karena kelelahan yang luar biasa bercampur sedikit panik membayangkan perjalanan ke kota itu dengan kemacetan yang luar biasa.
Bersyukur pegawai hotel di situ sangat baik. Aku dipersilakan duduk dan di beri secangkir teh hangat.
"Ibu tenang dulu ya. Kami akan carikan solusi agar ibu bisa ke Madiun segera"
Air mataku masih mengalir. Teringat suamiku yang tak bisa mendampingiku. Jika saja aku bersamanya tak mungkin aku alami ini.
Aku menelphonenya...tapi tak mampu bicara. Hanya terisak.
"Ada apa, Yank?" berkali dia tanyakan, jawabanku cuma isak tangis.
Satpam hotel menghampiriku..
"Ibu, ada motor yang siap antar ibu. Itupun jika ibu tidak keberatan. Karena bila pakai mobil bisa 3 jam perjalanan"
Aku yang sudah sangat lelah, akhirnya setuju di antar naik motor oleh salah satu pegawai hotel tersebut yang sudah selesai tugas. Rasanya tak sanggup lagi kena macet setelah 10 jam perjalanan sebelumnya.
Usai salat maghrib, aku berangkat. Di lift aku masih menangis kelelahan yang sangat.
Suamiku menelphone berkali-kali tak kuangkat. Aku tahu dia pasti khawatir di sana.
Dengan motor Tiger, aku berangkat dari Ponorogo menuju Madiun. Jaraknya sekitar 30-40 km.
Sekali lagi, naik motor di malam hari di bawah rintik hujan!!! Nenek-nenek nih...
Jalanan penuh dan padat dengan berbagai plat mobil dari beragam kota. Macet dimana-mana. Beruntung motor bisa melaju tanpa hambatan.
Sang pengemudi ini lihai tanpa harus ugal-ugalan. Dia sempat khawatir karena aku tak berpegang apapun selama dibonceng. Maksudnya berpegang ke dia.
Jika mau jujur, aku paling risih berboncengan dengan yang bukan mahramku, itulah kenapa kuberi pembatas box oleh-oleh diantara duduknya dan aku.
Alhamdulillah cuma 40 menit sampai tujuan. Anak muda yang mengantarku ini santun dan baik. Dia memastikan aku di tempat yang benar baru pamit kembali ke Ponorogo.
"Ibu jangan sedih lagi ya. Segera beristirahat. Selamat malam."
Alhamdulillah aku selalu di pertemukan dengan orang-orang baik.Itu yang tak henti kusyukuri.
Aku segera mandi dan berganti baju. Bersiap tidur saat kakakku menelphone. Dan tak lama sudah ada di depan pintu kamarku. Memastikan aku baik-baik saja setelah mendengar kisah 'nyasar'ku dari keponakanku.
"Jadi kamu naik motor dari Ponorogo ke Madiun?"
Aku mengangguk lemah.
Kakak lelakiku menggelengkan kepala sembari berkata,"Kalau dari muda suka petualangan ternyata ga mudah hilang ya kebiasaan itu"
Tak lama aku diajak makan malam beramai-ramai. Hampir semua keluargaku yang hadir bertanya tentang perjalananku dengan motor tadi. Trending topic bener dah, padahal aku sudah sangat lelah.
Kata ponakanku,"Bukan Tante Rina kalau ga berani gitu."
Aku cuma cengar-cengir.
Kembali di kamar aku baru telphone suamiku dan menceritakan semuanya.
"Jadi kamu naik motor dari Ponorogo ke Madiun?"
Deuh, pertanyaan ulangan lagi.
....
Seperti biasa pagi hari sekali aku sudah bangun. Segera sarapan bersama mbakyu dan dua cucuku, lalu bersiap menghadiri undangan halal bi halal keluarga besar. Mobil sudah menunggu untuk membawa kami pergi ke Pendopo Kabupaten Ponorogo.
Aku sudah memesan travel untuk pulang ke Malang, namun gegara kejadian naik motor, keluarga menyuruhku ikut pulang bareng ke Sidoarjo naik kereta api saja. Aku terpaksa nurut. Maklum sebagai anak bungsu, sampai tuapun tak jarang masih dikhawatirkan kakak-kakakku.
Dan saat acara ramah tamah, cerita tentang motor itu diangkat lagi.
Hhhh...
Malang, 13 Juli 2017
Omarina-95
Comments
Post a Comment