Hindari Jeratan Hutang, Sederhanakan Hidup Sesuai Kemampuan

Nur Rina Chairani - Sabila J. Firda 
06 November 2017


Bernas.id - Hutang adalah sesuatu yang harus dihindari bagi semua orang, terlebih bagi seorang muslim. Konsekuensinya sangat berat, baik di dunia maupun di akhirat, bila sampai tidak bisa membayarnya.
Sayangnya, di zaman sekarang, hutang malah dijadikan sebagai bagian dari gengsi, yang dikemas dalam kartu kredit yang tinggal main gesek setiap usai transaksi. Semakin berkilap kartunya laksana emas, maka jumlah yang boleh dihutang akan makin besar. Hingga akhirnya tak mampu membayar, datanglah para debt collector yang super sangar menagih.
Hal yang tak perlu terjadi andai setiap orang punya kesadaran untuk hidup dalam realitas. Karena banyak hutang yang ada saat seseorang memaksakan kapasitasnya.
Hutang dalam Islam hukumnya hanya dua, makruh dan haram. Sebaiknya dihindari, apapun alasannya. Hutang menjadi haram saat yang berhutang tak punya niat untuk membayarnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdoa di akhir salat (sebelum salam), berikut:
“Allahumma inni a’udzu bika minal ma’tsami wal maghrom”
(Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari berbuat dosa dan banyak hutang).
Ketika ditanya oleh sahabat mengapa begitu rutinnya Nabi berdoa agar terhindar dari hutang, inilah jawaban beliau, “Jika orang yang berhutang berkata, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.” (HR. Bukhari no. 2397)
Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung dari tiga bentuk hutang, yakni: 
*  Hutang yang dibelanjakan untuk hal-hal yang dilarang oleh Allah dan dia tidak memiliki jalan keluar (tidak punya penghasilan/asset) untuk melunasi hutang tersebut. 
*  Berhutang bukan pada hal yang terlarang, namun dia tidak memiliki jaminan apapun (asset) untuk melunasinya. Orang seperti ini sama saja menghancurkan harta saudaranya. 
*  Berhutang namun dia berniat tidak akan melunasinya. Orang seperti ini berarti telah bermaksiat kepada Allah. 
Inilah keburukan-keburukan akibat hutang, baik yang menimpa di dunia juga akhirat:
  1. Berhutang mengajarkan orang untuk mudah berbohong. Mudah berjanji semudah mengingkarinya. Harga diripun jatuh.
  2. Dosa hutang tidak akan terampuni walaupun orang yang berhutang mati dalam keadaan syahid. Dari ‘Abdillah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    “Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886)
  3. Pada hari kiamat, kebaikan orang yang berutang akan diambil untuk melunasi hutangnya. Karena di akhirat tak lagi ada mata uang, maka seluruh pahala orang yang berhutang akan dipakai untuk melunasi hutangnya.
  4. Jiwa seseorang masih bergantung sampai hutangnya lunas.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya.”
(HR. Tirmidzi, no. 1079 dan Ibnu Majah, no. 2413. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan.)
Di samping empat hal di atas, ada satu lagi yang jadi catatan betapa
beratnya konsekuensi berhutang yaitu dalam sebuah riwayat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak mau menyalatkan jenazah yang masih mempunyai hutang.
Adapun keutamaan orang yang terbebas dari hutang adalah, dari Tsauban, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Barangsiapa yang ruhnya terpisah dari jasadnya dan dia terbebas dari tiga hal: sombong, ghulul (khianat), dan  hutang, maka dia akan masuk surga.”
(HR. Ibnu Majah no. 2412. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). Ibnu Majah membawakan hadits ini pada Bab “Peringatan keras mengenai hutang.”

Jika ingin selamat dunia akhirat, hiduplah sesuai kemampuan!

Comments

Popular Posts