Wahai Orang Tua, Ini Dampak Psikologis dan Kesehatan pada Pelaku Pernikahan Dini

Nur Rina Chairani - Erdittya Ekanovie Nindhitasari 
24 November 2017

Bernas.id - Beberapa minggu yang lalu, di sebuah kota Madiun, Jawa Timur, antara bulan Januari hingga Oktober 2017, terdapat lonjakan permintaan pernikahan dini yang cukup mengejutkan. Pelaku pernikahan dini itu rata-rata baru berusia 13 tahun. Tercatat ada 37 pasangan anak.
Menurut data yang pernah dihimpun oleh UNICEF, badan PBB yang bergerak dalam bidang kesejahteraan anak, dari seluruh wanita Indonesia yang telah menikah, 34% di antaranya adalah menikah saat masih remaja. Banyak orang tua yang kurang memahami bahwa pernikahan dini punya dampak psikologis yang cukup serius, antara lain:
Sebuah penelitian terbaru dalam journal pediatrics menunjukkan bahwa remaja yang menikah sebelum menginjak usia 18 tahun lebih berisiko mengalami gangguan mental yang cukup tinggi, yaitu hingga 41%. Gangguan kejiwaan yang dilaporkan dalam penelitian tersebut antara lain depresi, kecemasan, gangguan disosiatif (kepribadian ganda), dan trauma psikologis seperti PTSD.
Pernikahan usia remaja juga bisa menjadi penyebab masalah psikologis berupa kecanduan, dari kecanduan minuman keras, rokok, narkoba ataupun judi. Semuanya dikarenakan banyak pasangan suami istri remaja yang tidak bisa menemukan cara yang sehat untuk meluapkan emosi atau mencari distraksi saat dilanda stres. Tekanan sosial, karena secara psikologis mereka belum sepenuhnya siap mengemban tanggung jawab tersebut.
Selain itu, dari sisi kesehatan, sebuah studi baru menunjukkan bahwa seks di usia terlalu muda bisa membawa efek negatif yang menetap hingga dewasa. Kemungkinan besar karena aktivitas terjadi ketika sistem saraf masih berkembang. Kekhawatiran ini tidak hanya berfokus pada aktivitas seks anak yang terlalu dini, tetapi juga bahwa anak-anak ini lebih mungkin terlibat dalam pola perilaku seksual berisiko yang diketahui terkait dengan sejumlah hasil negatif, terutama untuk anak perempuan. Mulai dari risiko tinggi kehamilan yang tidak diinginkan, tertular HIV  atau penyakit menular seksual (PMS).
Perempuan yang terlibat dalam hubungan seks di usia terlalu muda melipatgandakan risiko terjangkit kanker serviks, sebagaimana yang dilansir dari NHS UK, penelitian terbitan "British Journal of Cancer" menemukan bahwa wanita-wanita muda dengan status sosial ekonomi menengah ke bawah memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi HPV — virus penyebab kanker serviks  — karena mereka cenderung untuk terlibat dalam hubungan seksual empat tahun lebih cepat daripada kelompok wanita muda yang status sosial ekonominya lebih makmur.
Ketua peneliti, Dr. Silvia Francheschi, mengatakan peningkatan risiko kanker serviks yang dimiliki oleh kelompok wanita yang berhubungan seks di usia terlalu muda ini diakibatkan oleh jangka waktu inkubasi yang lebih panjang untuk virus tersebut dan bisa lanjut berkembang ke tahap kanker.
Berhubungan seks di usia terlalu muda juga menunjukkan peningkatan masalah perilaku dan kenakalan di kemudian hari. Berdasarkan laporan studi yang diterbitkan oleh "Science Daily", sebuah studi nasional, lebih dari 7.000 orang menemukan bahwa remaja yang melakukan hubungan seks di usia terlalu muda menunjukkan peningkatan 20% dalam tindakan kenakalan remaja dibandingkan dengan kelompok remaja yang rata-rata menunggu sedikit lebih lama untuk berhubungan seks pertama kalinya. Seks di usia terlalu muda dapat mempengaruhi perkembangan otak.
Jadi, menunda sedikit waktu untuk menikah untuk banyak kebaikan, tak ada salah dan ruginya, bukan?



Sumber: Hello Sehat, Kumparan dan lainnya.

Comments

Popular Posts