Ketika Panti Jompo Menjadi Sebuah Pilihan Orang Tua
Nur Rina Chairani - Sabila J. Firda
03 November 2017
03 November 2017
Bernas.id - Kisah dari orang Indonesia yang tinggal di Amerika, setiap akhir pekan selalu bertemu dengan orang tua yang menyewa jasanya untuk menemani dan membacakan buku. Orang tua di sana cukup mandiri dan sangat jarang ada yang ikut tinggal bersama anaknya. Bagi mereka di panti jompo lebih baik daripada jadi beban anaknya.
Di Indonesia, orang tua yang mandiri juga ada. Biasanya rumah mereka dekat dengan rumah salah satu anaknya. Dalam Islam birul walidain itu penting, hingga budaya membiarkan orang tua mandiri masih pro-kontra.
Di masa kini, banyak pasangan suami istri yang sama sibuknya hingga tak ada waktu yang cukup untuk bisa merawat orang tuanya. Itulah kenapa ada permintaan untuk mendirikan panti jompo. Walau masih belum membudaya karena beragam sudut pandang, setidaknya kita bisa mencoba melihat apakah panti jompo itu memang bisa jadi sebuah tempat alternatif untuk para orang tua.
Awalnya, pendirian panti jompo ini untuk menampung para lanjut usia yang terlantar dan tak mempunyai keluarga. Namun dalam perkembangannya juga menampung orang tua yang masih punya keluarga dan memang ingin tinggal di sana.
Sebelum memutuskan menitipkan orang tua di panti jompo, sebaiknya anak-anak harus tahu apa yang bisa membuat bahagia orangtuanya. Juga riwayat kesehatannya, hobi dan sebagainya. Ada orang tua yang masih suka aktif berkebun, membaca, merajut, dan juga bernyanyi. Jangan coba padamkan apapun 'passion' mereka.
Sebagai anak, juga harus jujur mengungkap keterbatasan waktu yang dimiliki. Menawarkan tinggal di panti jompo harus dilakukan dengan terbuka oleh semua anak-anaknya. Harus ada kesepakatan dan keikhlasan dari kedua belah pihak. Berilah pengertian agar orang tua tak merasa dibuang. Namun bila orang tua menolak, carilah alternatif lain. Intinya sekali lagi, tak boleh ada paksaan.
Untuk masuk ke sebuah panti jompo, tentu ada persyaratannya. Bagi yang memang tak mampu dan ditelantarkan atau tak lagi memiliki keluarga, harus minta surat dari dinas sosial. Identitas dan kartu keluarga juga harus diserahkan untuk menjaga agar tidak ada tuntutan dari keluarga bila terjadi hal-hal yang di luar dugaan. Usia minimal masuk panti jompo adalah 60 tahun. Tak ada pungutan biaya apapun. Mereka juga akan diberikan hak berobat jika sakit. Semua biayanya diambil dari kas APBD, donatur dan sumbangan yang berkunjung atau masyarakat sekitar yang peduli.
Bagi keluarga yang mampu, bisa memilih panti jompo yang sesuai dengan kebutuhan. Ada yang tak kalah dengan hotel berbintang, karena memiliki kelas standar, hingga VVIP. Mereka juga bekerja sama dengan sebuah rumah sakit swasta untuk pemeriksaan rutin para penghuninya. Tarif yang ditawarkan berkisar dari dua hingga empat juta perbulan.
Biasanya panti jompo terletak jauh dari keramaian, bahkan ada yang terletak di daerah pegunungan. Di Panti juga ditawarkan paket harian untuk para lanjut usia yang mungkin ingin istirahat total dari mengasuh cucunya.
Di panti jompo dipenuhi kegiatan-kegiatan sesuai hobi masing-masing, kerohanian sesuai agama yang dianut, juga pemeriksaan kesehatan rutin. Mereka akan mendapat teman sebaya untuk berbagi cerita. Karena orang tua kebanyakan suka sekali bercerita dan mengenang masa-masa yang telah dilaluinya.
Jika orang tua menolak masuk di panti jompo, masih ada alternatif lain yaitu tinggal bersama salah satu anaknya, atau hidup sendiri dengan ditemani seorang asisten ataupun perawat.
Menjaga perasaan orang tua itu wajib. Jangan sampai kita mendapat laknat dari Allah karena tidak merawat orang tua. Karena bagaimana pun ridha orang tua adalah ridha Allah juga. Islam memang melarang seorang anak menitipkan orang tuanya di panti jompo, namun bila orang tua yang bersikukuh ingin ke sana, kita juga tidak kuasa untuk melarangnya.
Comments
Post a Comment