Ketika Anda Sorakin Koruptor, Sudah Yakinkah Anda Bukan Salah Satunya?
Nur Rina Chairani - Ciptono Wahyu Prasetyadi
17 November 2017
17 November 2017
Bernas.id - Hari-hari ini banyak pandangan mata tertuju pada seorang tokoh partai yang tersandung masalah hukum, korupsi bertajuk e-KTP. Dari menjadi saksi hingga menjadi tersangka. Telah 11 kali dipanggil, mangkir sebanyak 8 kali dengan beragam alasan, hingga akhirnya didatangi rumah mewahnya, namun yang bersangkutan telah kabur entah kemana.
Banyak masyarakat yang gemas, dan tak jarang juga sebal dengan beragam ulahnya, hingga bermunculan banyaknya olok-olok juga meme yang berkait dengan yang bersangkutan.
Apa sih korupsi itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, koruptor/ko·rup·tor/ n orang yang melakukan korupsi; orang yang menyelewengkan (menggelapkan) uang negara (perusahaan) tempat kerjanya.
korupsi/ko·rup·si/ n penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain;
-- waktu cak penggunaan waktu dinas (bekerja) untuk urusan pribadi
Korupsi, adalah penyakit sosial yang sudah ada sejak dahulu. Bukan hanya penyelewengan uang dan fasilitas negara, namun korupsi waktu juga banyak terjadi.
Sifat dasar manusia yang malas dan ingin mendapatkan segala sesuatu dengan cara cepat yang membuat terjadinya hal ini. Jika kita mau melihat dari sudut pandang lain, sepertinya bukan hanya beliau yang pantas disebut sebagai koruptor, namun disadari atau tidak, hampir semua manusia pernah menjadi koruptor.
Beruntungnya yang lain tak terbuka karena mereka bukanlah seorang yang dikenal apalagi seorang tokoh. Mereka hanya masyarakat biasa. Cobalah kita lihat para pegawai di hampir seluruh Indonesia, saat diberi waktu istirahat makan siang dan salat dzuhur, adakah yang kembali tepat waktu? Bahkan banyak yang menjadikan itu sebagai celah untuk keluar dengan beragam alasan. Korupsi waktu. Belum lagi bila mobil yang digunakan untuk kepentingan pribadi juga milik kantor. Lihat saat lebaran, berapa banyak yang mudik dengan mobil kantor?
Namanya manusia, yang selalu punya penyakit paling benar dan paling suci, juga paling pintar mencari alasan hingga bila disinggung soal pelesiran usai ‘ishoma’, selalu punya jawaban. Bahkan tak jarang membungkam bagian yang lain dengan ‘uang rokok’.
Inilah cikal bakal korupsi yang terus dibiasakan.
Dari kongkow sembari merokok seusai makan siang, melihat gaya hidup yang nyaman di café, di mall dan sebagainya, sementara gaji pas-pasan, mulailah mencari cara untuk menambah isi kocek kantongnya. Apalagi bila mempunyai kekasih cantik yang bisa dibanggakan yang menuntut kemana-mana bermobil, hang out di tempat bergengsi ataupun belanja di butik demi gengsi. Makin mumetlah otak para lelaki.
Bukankah koruptor itu lebih banyak lelaki?
Lalu teriring alasan mereka, bahwa mereka terpicu melakukannya karena keinginan perempuannya yang tak pernah puas. Wait a second, guys.. who’s the leader?you or your woman?
Jika para lelaki menyalahkan perempuannya sebagai pemicu dia menjadi koruptor, maka dia seperti menampakkan kelemahannya sendiri. Dia tak mampu memimpin istrinya untuk jadi orang yang baik dan berbudi luhur.
Lalu apa enaknya menjadi koruptor? Boleh jadi hidup Anda bergelimang materi dan bergelimang kehormatan dari manusia lain. Lalu untuk berapa lama? Ketika semua akhirnya terbuka, Anda mulai jadi bulan-bulanan, menjadi banyak sorotan negatif. Kehormatan pun hilang tanpa pamit.
Kemanakah hati kecil itu Anda sembunyikan? Hati kecil yang selalu membisikkan kebaikan. Bisa jadi hati kecil itu sudah Anda padamkan dengan nafsu duniawi yang tak pernah kenyang.
Comments
Post a Comment