Pelajaran Berharga dari Perjalanan Kisah Nabi Ayyub AS

Nur Rina Chairani - Ciptono Wahyu Prasetyadi 
15 November 2017

Bernas.id - Ada yang bilang, ‘Muda menderita itu biasa, namun jika sampai tua masih menderita, itu azab’, benarkah itu?
Tak satupun manusia di dunia ini diciptakan tanpa tujuan, dengan segala ketetapan yang sudah digariskan. Ada yang memang terlahir sebagai orang kaya sepanjang hayatnya. Ada pula yang terlahir untuk jadi ahlul musibah juga. Semuanya untuk apa?
Pasti untuk saling belajar, karena pada diri setiap orang ada hikmah. Bukankah dalam kehidupan ini sudah diberi banyak tanda, baik dari yang hidup atau yang mati.
Lalu, benarkah ujian dan musibah di hari tua itu azab?
Mari kita ingat tentang perjalanan hidup seorang nabi yang terkenal dengan kesabarannya yang luar biasa. Dialah Nabi Ayyub AS. Selama 50 tahun kehidupannya semua tampak sempurna. Istri yang cantik, 12 anak-anak yang sehat, harta kekayaan melimpah, dan kaum yang begitu menyayangi dan menghormati beliau.
Baru tiga hari pertama di usia 51, Allah memberinya penyakit. Kulitnya mengelupas, bernanah dan berdarah. Di hari ke-empat, ketika 12 anaknya sedang makan, atap rumah ambruk dan menimpa mereka hingga tewaslah semuanya. Di hari ke-lima, terjadi hama dan penyakit yang hanya menimpa kebun dan ternaknya hingga mati semua.
Hanya butuh tiga hari, kesehatan, anak-anak dan segala kekayaan hilang semua!
Azabkah itu? Diberikan pada seorang nabi, yang pastinya ibadahnya jauh di atas kita.
Memaknai penderitaan bagi manusia biasanya sebatas yang tampak saja. Kemiskinan atau kegagalan. Padahal belum tentu orang miskin itu menderita. Masih banyak orang kaya, namun tak pernah merasa bahagia. Mereka lupa, bahwa kebahagiaan sejati ada saat kita miliki sifat qanaah (merasa cukup) dan pandai bersyukur.
Apakah Nabi Ayyub AS menderita, marah, dan kecewa?
Tentu saja tidak. Beliau dengan penuh keihkhlasan menerima semua itu sembari terus berikhtiar. Hingga 18 tahun berlalu tak kunjung sembuh. Istrinya ingin beliau meminta kesembuhan itu pada Allah. Nabi Ayyub AS mengatakan, ”Kita diberi kenikmatan luar biasa selama 20 tahun pernikahan kita, ini baru 18 tahun kita diberi ujian.”
Hingga akhirnya genap 20 tahun beliau sakit, beliau berdoa:
Ya Tuhanku, bahwasanya aku telah ditimpa bencana, dan Engkaulah Tuhan yang paling rahim dari segala yang rahim (Penyayang).” (Al Anbiyaa : 83)
Apakah doanya meminta sembuh? Nabi Ayyub tetap memuji Allah penuh santun, kepatuhan dan keikhlasan.
Tepat di usia 70 tahun, keluarlah mata air dari kakinya. Allah perintahkan beliau untuk mengusapkan air tersebut ke seluruh tubuhnya. Sembuh! Bahkan Nabi ayyub terlihat lebih muda dan gagah dari sebelum sakit dulu.
Di hari kedua, masyarakatnya yang mendengar kesembuhannya berbondong-bondong mendatanginya dengan membawa beragam hadiah yang membuat Nabi Ayyub kaya dua kali lipat dari sebelumnya.
Di hari ketiga, istrinya hamil. Melahirkan anak kembar hingga 24. Dua kali lipat dari jumlah anaknya sebelumnya.
Tiga hari Allah musnahkan semuanya, tiga hari pula Allah ganti semuanya dua kali lipat!
Tak ada yang tak mungkin bagi Allah. Janji Allah itu pasti, bahwa kesabaran yang disertai ikhtiar dan keimanan selalu berbalas dengan kemuliaan diakhirnya. Allah sangat mudah membalikkan setiap keadaan.

Pelajaran terbesar dari kisah ini, jangan pernah merasa yakin bahwa kesehatan, anak-anak dan segala kekayaan yang ada akan abadi dan tak akan hilang. Pada seorang nabi, Allah habiskan semua hanya dalam tiga hari, adakah garansi kita yang manusia biasa tak mengalaminya?

Comments

Popular Posts